Menjadi kebiasaan kebanyakan
orang meremehkan sesuatu yang dianggapnya kecil, sepele. Bahkan menganggap hal
yang kecil itu seperti tidak ada apa-apanya. Dalam sebagian kondisi, hal ini
bisa diterima. Dalam kondisi lain, hal ini sangat tidak bisa diterima. Apalagi
dalam hal menyangkut ibadah dan kebaikan.
Sebagaimana yang kita ketahui,
Rasulullah SAW melarang kita untuk meremehkan sebuah kebaikan kecil. Hal ini
mengajarkan kepada kita agar tidak meremehkan sesuatu yang dalam pandangan
syar’i merupakan hal yang baik. Dalam hal ini bermaksud jangan kita
meremehkannya dengan cara menyia-nyiakan perbuatan sepele tersebut. Demikian
sebaliknya kita dilarang untuk menyepelekan perbuatan buruk sekecil apapun,
dalam arti jangan kita anggap remeh sehingga kita terlarut dalam perbuatan
tersebut.
Ada sebagian orang yang dengan
mudahnya meremehkan orang lain yang dianggapnya rendah, dari merendahkan,
sampai menjelek-jelekkan dan mencaci maki. Seseorang yang memiliki sempuran
tubuh, seringkali meremehkan orang lain yang memiliki ketidaksempurnaan tubuh
sebagaimana orang lain miliki. Orang kaya seringkali meremehkan orang miskin.
Penguasa seringkali meremehkan rakyat. Seorang pemimpin meremehkan bawahannya.
Ada sebuah ungkapan , pandanglah
apa yang seseorang sampaikan, jangan pandang siapa yang menyampaiakn. Ini
mengandung makna kita harus menerima jika yang dismpaiakn itu sebuah kebenaran,
meskipun disampaikan oleh seorang bawahan, seorang budak yag hitam legam.
Begitu juga sebaliknya, kita harus menolah dengan tegas jika yang disampaikan
adalah sebuah keburukan, meskipun disampaikan oleh seseorang yang terhormat.
Ada pepatah yang serupa. Jika
yang di kelurakan oleh ayam berupa telur, maka ambillah. Jika yang dikeluarkan
oleh presiden berupa kotoran, maka tinggalkanlah. Ini menggambarkan kepada kita
jangan sekali-kali meremehkan siapapun, makhluk apapun. Bisa jadi menurut
pandangan kita mereka rendah, hina, bisa jadi menurut pandangan Allah mereka
lebih mulia dari kita.
Ada sebuah riwayat yang pernah
ditulis oleh Imam Al-ghozali, dalam kitabnya, Rahasia ketajaman Mata Hati. Pada
suatu saat, Nabi Daud AS melihat seekor ulat merah/cacing merah. Dalam hati
beliau berkata: “Apakah yang Allah SWT
kehendaki dari cacing ini”?
Kemudian, dengan izin Allah SWT,
cacing ini bicara.cacing ini bicara kepada Nabi Daun AS. “Wahai Nabi Allah, dalam mengisi hari-hariku, Tuhanku telah memberi
ilham kepadaku agar dalam setiap hari aku mengucapkan “Subahnallah
walhamdulillah wa laa ilaa ha illaa Allah Wallahu Akbar” sebanyak seribu kali.
Adapun malam harik, Tuhanku memberi
ilham agar setiap malam aku mengucapkan “Allahumma shalli ‘ala Muhammadan
nabiyyil ummiyi wa’ala aalihi wa shahbihi wa sallim” sebanyak seribu kali.
Sementara engkau wahai Nabi Allah, apa yang engkau ucapkan sehingga aku dapat
mengambil manfaat darimu?”
Maka menyesallah Nabi Daud AS
karena telah meremehkan seekor cacing merah yang merupakan makhluk ciptaan
Allah, sehingga ia bertobat dan semakin takut kepada Allah SWT.
Description: Peremeh
Rating: 4.5
Reviewer: Admin Pembelajar
ItemReviewed: Peremeh
Posted by:Mbah Qopet
Admin Pembelajar Updated at: 11:13
0 comments
Post a Comment