oleh: KH.Hilmi Aminuddin
Kun kitaaban mufiidan bila 'unwaanan, wa laa takun 'unwaanan bila kitaaban. Jadilah kitab yang bermanfaat walaupun tanpa judul.
Namun, jangan menjadi judul tanpa kitab.
Pepatah dalam bahasa Arab itu menyiratkan makna yang dalam, terutama menyangkut kondisi bangsa saat ini yang sarat konflik perebutan kekuasaan dan pengabaian amanah oleh pemimpin-pemimpin yang tidak menebar manfaat dengan jabatan dan otoritas yang dimilikinya. Bangsa ini telah kehilangan ruuhul jundiyah, yakni jiwa ksatria. Jundiyah adalah karakter keprajuritan yang di dalamnya terkandung jiwa ksatria sebagaimana diwariskan pejuang dan ulama bangsa ini saat perjuangan kemerdekaan.
Semangat perjuangan (hamasah jundiyah) adalah semangat untuk berperan dan bukan
semangat untuk mengejar jabatan, posisi, dan gelar-gelar duniawi lainnya
(hamasah manshabiyah). Saat ini, jiwa ksatria itu makin menghilang. Sebaliknya,
muncul jiwa-jiwa kerdil dan pengecut yang menginginkan otoritas, kekuasaan, dan
jabatan, tetapi tidak mau bertanggung jawab, apalagi berkurban. Yang terjadi
adalah perebutan jabatan, baik di partai politik, ormas, maupun pemerintahan.
Orang berlomba-lomba mengikuti persaingan untuk mendapatkan jabatan, bahkan
dengan menghalalkan segala cara. Akibatnya, di negeri ini banyak orang memiliki
"judul", baik judul akademis, judul keagamaan, judul kemiliteran,
maupun judul birokratis, yang tanpa makna. Ada judulnya, tetapi tanpa
substansi, tanpa isi, dan tanpa roh.
Padahal, ada kisah-kisah indah dan heroik berbagai bangsa di dunia. Misalnya,
dalam Sirah Shahabah, disebutkan bahwa Said bin Zaid pernah menolak amanah
menjadi gubernur di Himsh (Syria). Hal ini membuat Umar bin Khattab RA
mencengkeram leher gamisnya seraya menghardiknya, "Celaka kau, Said! Kau
berikan beban yang berat di pundakku dan kau menolak membantuku." Baru
kemudian, dengan berat hati, Said bin Zaid mau menjadi gubernur.
Ada lagi kisah lain, yaitu Umar bin Khattab memberhentikan Khalid bin Walid
pada saat memimpin perang. Hal ini dilakukan untuk menghentikan pengultusan
kepada sosok panglima yang selalu berhasil memenangkan pertempuran ini. Khalid
menerimanya dengan ikhlas. Dengan singkat, ia berujar, "Aku berperang
karena Allah dan bukan karena Umar atau jabatanku sebagai panglima." Ia
pun tetap berperang sebagai seorang prajurit biasa. Khalid dicopot
"judul"-nya sebagai panglima perang. Namun, ia tetap membuat
"kitab" dan membantu menorehkan kemenangan.
Ibrah yang bisa dipetik dari kisah-kisah tersebut adalah janganlah menjadi
judul tanpa kitab; memiliki pangkat, tetapi tidak menuai manfaat. Maka, ruuhul
jundiyah atau jiwa ksatria yang penuh pengorbanan harus dihadirkan kembali di
tengah bangsa ini sehingga tidak timbul hubbul manaashib, yaitu cinta kepada
kepangkatan, jabatan-jabatan, bahkan munafasah 'alal manashib, berlomba-lomba
untuk meraih jabatan-jabatan. Semoga.
Description: Jadilah Kitab Walau tanpa Judul
Rating: 4.5
Reviewer: Admin Pembelajar
ItemReviewed: Jadilah Kitab Walau tanpa Judul
Posted by:Mbah Qopet
Admin Pembelajar Updated at: 09:33
0 comments
Post a Comment